Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Bahagia Harus Bersanding Dengan Duka

Ketika Bahagia Harus Bersanding Dengan Duka | Abullah dan Aminah dua anak adam yang baru mengarungi bahtera rumah tangga merupakan pasangan yang menyejukan setiap orang yang melihatnya. Aminah, seorang wanita dengan paras yang cantik diselimuti etika dari keluarga bangsawan semakin lengkap karena bersanding dengan pria yang gagah nan menawan.

Kemuliaan seorang Aminah telah membuat nyali para wanita yang pernah mendamba Abdullah menjadi ciut dan terpaksa wanita-wanita Mekah ini mengurungkan niat, bahkan memupus harapan mereka untuk bisa bersanding dengan Abdullah.

Acara aqad nikah yang dilangsungkan 'Abdullah pun memupus impian para pria Mekah yang mendamba bisa mempersunting Aminah. Tidak bisa dipungkiri bahwa pasangan ini merupakan pasangan yang pas dan serasi yang tidak bisa disaingi kala itu. Komitmen yang dibangun oleh pasangan ini, telah menjadi sebuah pemandangan paling elok yang membuat banyak orang tua yang belum mendapatkan pasangan bagi putra-putrinya merasa iri.

'Abdullah, seperti pada umumnya bangsa Arab, khususnya kota Mekah adalah bagian dari masyarakat yang memiliki pencaharian sebagai pedagang. Kemudian kini selepas dia melangsungkan pernikahan, tidak bisa tidak dia harus meningkatkan perjalanan dagangnya. Hal itu mengingat beban tanggung jawabnya bertambah berat juga dengan harapan yang lebih nyata, yakni membangun rumah tangga yang bahagia bersama Aminah.

Tidak lama setelah 'Abdullah menikahi Aminah, dia melakukan perjalanan dagang ke Syiria dan Palestina yang merupakan perjalanan dagang pertama kalinya setelah dia menikah. Perjalanan dagang ini sekaligus merupakan pengalaman pertama 'Abdullah untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga.

Ketika Bahagia Harus Bersanding Dengan Duka


Ketika Bahagia Harus Bersanding Dengan Duka

Kabar Bahagia

Selang beberapa waktu dari keberangkatan suaminya, Aminah bermimpi seolah didatangi oleh laki-laki yang tidak pernah dikenalnya. Dalam mimpinya laki-laki itu menegurnya dengan sebuah tanya; "Apakah engkau kini merasa tengah mengandung?"

Saat itu Aminah belum merasakan adanya perubahan didalam tubuhnya, hanya dia merasa aneh dengan haidnya yang tidak biasa. Belum ada tanda-tanda yang meyakinkan Aminah bahwa ia sedang hamil. Oleh karena itulah Aminah langsung menjawab pertanyaan laki-laki itu bahwa ia belum mengandung. Namun laki-laki dalam mimpinya itu langsung menpis jawaban Aminah;
"Sesungguhnya engkau sedang mengandung anak yang akan menjadi pemimpin sekaligus Nabi bagi umat ini. Ia akan terlahir pada hari senin. Ketika ia lahir maka engkau akan melihat ada cahaya yang menerangi kerajaan Kra, Syiria. Dan ketika dia sudah lahir maka berilah nama Muhammad."
Tentu saja mimpi ini sangat mengagetkan Aminah disatu sisi dan disisi lainnya merupakan kabar yang membuatnya merasa haru. Sebentar lagi tidak akan ada kehampaan yang dirasakan kendati suami tercinta meninggalkannya untuk mencari rezeki, karena ada sibuah hati yang akan selalu menghibur dengan kepolosan yang menggemaskan.

Ekspresi wajah 'Abdullah yang bahagia ketika mendengar kabar gembira ini terbayangkan dibenak Aminah. Bagaimanapun setiap suami akan merasakan kegembiraan yang sama bila mendengar kabar akan segera memiliki buah kasih sayang dari istri yang dicintainya. Rasa ingin segera memberitahu suami tercinta mengenai kabar menggembirakan ini, terpaksa harus ditunda hingga 'Abdullah kembali dari perjalanan dagangnya.

Hanya beberapa hari kemudian Aminah menceritakan pengalaman mimpinya kepada sadari-saudarinya bahwa ia didatangi seorang laki-laki yang menjelaskan bahwa Aminah sedang mengandung seorang anak laki-laki yang akan menjadi pemimpin umat dan sekaligus menjadi Nabi.

Kabar Duka
Gaza merupakan kota tujuan para pedagang yang menjanjikan transaksi menguntungkan bagi siapapun yang mencoba peruntungan dagangnya disana. Tak terkecuali rombongan dagang 'Abdullah, begitu sampai di Gaza dagangannya telah ludes laku terjual. Setelah berhasil menjual dagangannya di kota Gaza, rombongan dagang ini pun segara memutuskan untuk kembali pulang ke Mekah.

Nampaknya perjalanan dagang yang sukses itu menyuguhkan permasalahan yang tidak terduga pada saat perjalanan pulang untuk kembali ke Mekah. Ditengah perjalanan 'Abdullah jatuh sakit dan seiring waktu yang terus melaju sakitnya semakin parah sehingga tidak lagi memungkinkannya untuk melanjutkan perjalanan.

Keadaan ini telah memaksa 'Abdullah harus mau beristirahat di Madinah untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan dari para pamannya disana. Di Madinah beliau dirawat dirumah kediaman Bani Ady ibn Najar.

Setelah menunggu beberapa lama, rombongan dagang 'Abdullah mendapati penyakitnya malah semakin parah dan dengan seizin darinya rombongan pun melanjutkan perjalanan pulang ke Mekah tanpa disertai 'Abdullah. Sementara ia terus mendapatkan perawatan dari para pamannya di Madinah.

'Abdul Muthalib yang menyambut kedatangan rombongan dagang putranya merasa heran, karena tidak terlihat 'Abdullah ada diantara mereka.
"Dimana 'Abdullah?" tanya 'Abdul Muthalib. Kemudian salah seorang dari mereka menjelaskan; "Saat ini dia ('Abdullah) sedang sakit dan beristirahat di Madinah di kediaman bani 'Ady Ibn Najar" terang salah seorang dirombongan itu.
Setelah mendengar kabar yang sangat tidak mengenakan telinganya, akhirnya 'Abdul Muthalib langsung mengutus Harits, putranya untuk menyusul dan memastikan keadaan 'Abdullah di Madinah.

Sesampainya Harits di Madinah, dia tidak sempat bertemu dengan adiknya ini, 'Abdullah telah wafat dan telah dikuburkan di pemakaman Nabighah. Dadanya terasa begitu sesak, kenyataan menyedihkan ini telah begitu penuh memadati ruang hatinya.

Sekembalinya ke Mekah, Haris menceritakan kabar duka itu kepada 'Abdul Muthalib. Kenyataan pahit ini lebih tajam menghujam ruang perasaan dihatinya. Betapa anak yang selama ini selalu diagung-agungkan telah pergi meninggalkannya dan tidak akan pernah kembali untuk selamanya.

Kabar meninggalnya 'Abdullah, merupakan kenyataan yang paling pahit bagi Aminah, batinnya terasa begitu pedih tersayat kenyataan. Keinginan untuk memberikan kabar gembira mengenai kehamilannya yang sempat tertunda kepada suami tercinta, ternyata harus dipupus untuk selamanya.

Posting Komentar untuk "Ketika Bahagia Harus Bersanding Dengan Duka"